Sabtu, 13 September 2008

5,9 sr kejadian yg ga pernah q duga.....

mendengar kata gempa… tntu saja lgsg trpkr pd kjdan 2 thn lalu..
yap..gempa d bntl dg pusat d tempuran sungai opak ma oyo yg letaknya hanya sktr 1km dr rmh..
page it.. niat brgt skul coz da ulangan tp stlh mandi…
goncngan it dtng, n mmbuat aq n adkq lari keluar rmh.. sdgkn ortu kmy posisina msh d dlm rmh…

walau aq ma adk dah brush keluar tp tetp aja ktimbun rerunthn tembok rmh.. adk dah ga kliatn lg, sdgkn aq tinggl nongol kepala duang.. (uwh... kiamat kecil)

Trus jauh d dlm trlht bpk bru nolong ibu yg kakina trjepit kayu besar.. huf bingung. cmua org pd kpentgna sndri2.. coz daerhq emg parah bgt trkena imbas tu gempa.

tp lama klamaan tetangga dtg n menolongq.. adkq akhrna jg d tmukan posisina n alhmdlh mash sadar.. kami skeluarga sakit krn bncna it tp puji syukur km mash selamat n d beri ksmptn untk hdp. terimakasih ya ALLAH .. keluargq msh utuh.






JAWA POS....

RADAR JOGJA(27 Mei 2008 ) Rumah Bantuan Pembaca Jawa Pos Grup Itu Makin “Hidup”. 27 Mei dua tahun lalu, gempa memorakporandakan wilayah DIJ dan Jawa Tengah bagian selatan. Kini, semuanya sudah berubah. Kehidupan seakan telah pulih. Inilah catatan seputar kebangkitan warga setelah dua tahun gempa berlalu.

Prasasti peresmian rumah cepat bantuan pembaca Jawa Pos Grup yang dikerjakan bersama TNI AL di sudut perempatan itu kini dihiasi sejumlah tanaman. Sedangkan “pendopo” yang menjadi tempat upacara peresmian di belakang prasasti itu, lantainya terlihat bersih. Di tengahnya, sejumlah tanaman hias seperti hokeri, gelombang cinta tampak tumbuh menghijau.

Rumah yang ditinjau CEO Jawa Pos Dahlan Iskan dan KSAL (waktu itu) Slamet Subijanto saat peresmian juga sudah berubah. Di bagian depannya mulai ditumbuhi pohon-pohon perindang. “Kalau sore panas sekali. Matahari dari arah Barat langsung menimpa. Jadi, pohon ini sangat bermanfaat. Sayang belum tinggi. Kalau tingginya sudah melebihi atap pasti lebih sejuk,” ujar Wardoyo, pemilik rumah bernomor 1 itu.

Rumah seukuran tipe 45 itu, dalamnya juga sudah mulai dicat. Kipas angin tampak menyala di ruang tamu untuk mengusir hawa panas siang itu. Konstruksi rumah cepat dengan dinding kalsiboard memang membuat terpaan sinar matahari terik makin terasa. Wardoyo mencoba mengusir hawa panas itu dengan kipas angin dan berbagai tumbuhan perindang.

Di bagian belakang rumah, sejumlah pot tanaman hias berjejer rapi. Tanaman hias yang lagi tren -seperti hokeri, gelombang cinta, black kardinal-tampak tumbuh subur. Keluarga ini juga sudah menambahi bagian samping rumah bantuan pembaca JP dengan kamar mandi, dapur serta kamar anak.

“Itu saya bikin sendiri dengan bantuan anak saya,” jelas guru di sebuah SMA ini sambil menunjuk satu kamar tidur anak serta dapur yang cukup luas. Wardoyo memanfaatkan kayu-kayu bekas untuk membuat kamar dan dapur itu.

Tak hanya rumah Wardoyo yang makin “hidup.” Rumah-rumah warga Paten, Srihardono, Pundong, Bantul yang mendapat bantuan rumah cepat sebanyak 125 rumah juga begitu “hidup.” Mereka umumnya telah menambah bangunan “induk” dua kamar itu dengan bangunan lain.

Di sebelah timur rumah Wardoyo, ada pemilik rumah yang menambah gazebo beratap daun tebu yang cantik. Lalu, ada lagi yang menambahi dengan bangunan dengan tambahan kamar permanen berbatu bata.

Beberapa di antaranya malah mampu “menghilangkan” kesan rumah cepat yang memang dibangun dengan begitu cepat sebagai program bantuan gempa. Rumah itu “disulap” dengan tambahan aksesoris ataupun digabung dengan bangunan baru yang mereka buat sendiri.

Rumah-rumah itu pun akhirnya bisa berdiri “sejajar” dengan rumah permanen yang didapat dari bantuan lembaga lain. Di beberapa tempat di kawasan itu, berdiri pula rumah-rumah bantuan Java Reconstruction Fund (JRF) yang belum selesai. Hanya tampak tembok dan pintu berkusen tapi belum ada daun pintu atau jendelanya.

Rumah-rumah itu bisa dikenali sebagai bantuan dari JRF karena di bagian depannya selalu digantungkan papan bertuliskan bantuan JRF senilai Rp 20 juta. Lengkap dengan nama pemiliknya.

Sebenarnya, selain pemulihan fisik berupa rumah, persoalan yang masih dihadapi para korban gempa adalah faktor fisik berupa kesehatan badan. Terutama bagi mereka yang dulu mengalami patah kaki, patah tangan atau lainnya. Saat ini, mereka tentu masih ada yang membutuhkan beaya untuk pencabutan pen yang dipasang ditubuhnya.

Penjelasan dan kemudahan prosedur pencabutan pen bagi mereka tentulah harus dipikirkan oleh pemerintah kabupaten. Mereka harus diberi penjelasan dan sosialisasi kemana dan bagaimana mereka harus melepas pen itu. Sebisa mungkin, faktor beaya tidak memberatkan karena mereka kini menghadapi persoalan hidup setelah pemerintah menaikkan harga BBM. (wan/bersambung)

Peresmian Rumah Cepat Tahan Gempa Mirip Hajatan 21 Juli, 2008

JOGJA (Rabu,11 Okt 2006) - Peresmian rumah cepat tahan gempa sumbangan pembaca Grup Jawa Pos yang dibangun bersama TNI AL berlangsung meriah. Mirip seperti orang punya hajatan mantu. Pagar ayu dan pagar bagus berpakaian Jawa warna merah berjejer menyambut rombongan Jawa Pos dan KSAL. Gending Jawa juga mengalun kencang. Bahkan, begitu rombongan datang tarian Gambyong langsung disuguhkan.

Jalan yang belum beraspal di sepanjang kampung itu di kiri-kanan dihiasi umbul-umbul warna-warni dan spanduk Jawa Pos. Gapura Selamat Datang berdiri tegak di pintu masuk kampung. Tempat upacara digelar di sisi jalan utama. Jalan itu tadinya tidak bernama, tapi sejak kemarin diberi nama baru Jalan Yos Sudarso.

Warga sangat antusias dengan peresmian ini. Terbukti, meski jadwal peresmian dilakukan pukul 11.00, warga sudah berbenah-benah dan menunggu rombongan tamu dari Jawa Pos dan KSAL sejak pagi. Mereka sempat melakukan gladi resik beberapa kali di bawah kordinasi protokoler tim TNI AL untuk memastikan kesempurnaan upacara peresmian.

Tak pelak, begitu rombongan dari Jawa Pos dan KSAL tiba di lokasi, sambutannya begitu meriah. Pagar bagus dan pagar ayu itu berjejer dan mempersilakan para tamu yang datang untuk duduk di bawah tenda putih yang dibangun di bekas reruntuhan rumah warga.

Tampak Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan, KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto, Direktur Jawa Pos Nany Wijaya, dan sejumlah staf. Kepala Bapeda DIJ Bayudono yang mewakili Gubernur DIJ Sultan Hamengku Buwono X, Wabup Bantul Sumarno dan beberapa undangan lainnya sudah terlebih dulu hadir dan duduk berderet di kursi.

Di deretan belakang dan di samping panggung tampak warga dusun Paten, dusun Kiringan Srihardono, kecamatan Pundong serta dusun Pranti, Canden, kecamatan Jetis serta dusun Niten, Tirtonirmolo kecamatan Kasihan yang menerima bantuan rumah. Beberapa warga yang tidak kebagian kursi memilih berdiri di bawah pohon pisang atau di emper-emper rumah baru bantuan pembaca Jawa Pos Grup.

Peresmian rumah tahan gempa ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Dahlan Iskan dan Slamet Soebijanto. Kemudian dilanjutkan dengan peninjauan ke dalam rumah milik Wardoyo yang berada di dekat lokasi peresmian. Rumah itu terlihat tertata sangat rapi. Lantainya sudah diberi keramik dengan kursi tamu warna hijau yang senada dengan kordennya. Senyum sumringah tersungging dari bibir pemilik rumah.

Ketika memberikan sambutan, Dahlan Iskan berharap bantuan rumah dari Jawa Pos yang dikerjakan bersama jajaran TNI AL ini bisa memacu kebangkitan warga korban gempa di Bantul. Dahlan memuji sikap gotong royong warga yang dengan sigap membantu pembangunan rumah bertipe 45 ini.

Dahlan yang baru tiba dari Tiongkok dan langsung ke Bantul untuk peresmian rumah ini juga menceritakan kebangkitan satu daerah di China yang juga diterjang gempa. Pascagempa penduduk kota di Tiongkok yang diterjang gempa berskala 9.0 skala Richter tersebut segera bangkit. Hasilnya, daerah tersebut berubah menjadi salah satu kota metropolitan di Tiongkok.

Karena itu, Dahlan yakin masyarakat Bantul dalam waktu yang tidak lama juga akan bangkit. Tanda-tanda bangkitnya semangat warga Bantul itu, menurut Dahlan sudah terlihat di Paten ini. Ketika anggota TNI AL dan Jawa Pos datang, warga langsung bahu-membahu memberikan bantuan.

Dahlan mengaku sulit membayangkan jika warga berdiam diri dan hanya menonton. “Bayangkan saja kalau warga hanya nonton saat TNI AL dan Jawa Pos bekerja membangunkan rumah dan bisanya hanya menyalahkan atau nyukurke saja. Betapa nelangsanya para pemberi bantuan. Dan, rumah pun belum tentu bisa segera jadi seperti sekarang,” tuturnya.

Namun semua kekhawatiran itu tak terjadi. Semangat dan partisipasi warga yang tinggi ini sangat membanggakan. “Ini sangat membanggakan kami,” pujinya spontan disambut aplaus hadirin.

Di Surabaya, cerita Dahlan, tingginya semangat juang warga Bantul itu telah menjadi bahan perbincangan di lingkungan TNI AL dan Jawa Pos. Pilihan pada daerah tersebut tampaknya tidak keliru.

Dalam kesempatan itu, Dahlan juga mengungkapkan jalinan kerja sama Jawa Pos dengan TNI AL telah berlangsung cukup lama. Tidak hanya di Paten itu saja. Setiap ada bencana alam yang membutuhkan pengabdian kepada bangsa ini, Jawa Pos dan TNI AL selalu menggalang kerja sama. “Jadi kerja sama ini sudah sangat legendaris,” tandasnya.

KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto mengajak pascagempa ini harus digelorakan semangat gotong royong di antara semua anak bangsa. Apa yang dilakukan jajarannya ini merupakan bentuk kepedulian angkatan laut terhadap korban bencana.

Gubernur DIJ Sultan Hamengku Buwono dalam sambutan yang dibacakan Kepala Bapeda DIJ Bayudono menyambut baik peran serta masyarakat swasta dalam melakukan recovery. Diakuinya, bantuan-bantuan semacam ini akan semakin mempercepat kebangkitan Jogja.

Sebelumnya, Komandan Denal Jogja Mayor Laut Jaya Darmawan menjelaskan total rumah tahan gempa hasil sumbangan pembaca Jawa Pos berjumlah 125 unit. Yakni, sebanyak 113 unit ada di Dusun Paten dan 7 unit Dusun Kiringan Srihardono Pundong. Sedangkan lima unit lagi berada di Dusun Pranti Desa Canden Kecamatan Jetis. Tapi, dalam perkembangannya, jumlah tersebut bertambah 20 unit rumah di Dusun Niten, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Dengan demikian, total rumah yang dibangun berjumlah 145 unit. Rumah tahan gempa di Dusun Paten, Kiringan dan Mranti itu dibangun sejak 5 Juli dan selesai 5 September.

Wardoyo, mewakili warga menyampaikan ucapan terima kasih dan berdoa semoga para pemberi bantuan rumah mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan. Wardoyo juga berharap apa yang dilakukan Jawa Pos Grup dan TNI AL ini bisa dicontoh oleh perusahaan dan instansi lainnya karena masih banyak warga korban gempa yang masih tidur di tenda-tenda darurat.

“Kami meminta agar apa yang dilakukan Jawa Pos Grup ini diikuti oleh perusahaan lain karena masih banyak saudara-saudara kami yang lain masih tidur di tenda-tenda darurat,” tegas Wardoyo.(wan/kus/ayu)

Sumber :

RADAR JOGJA

Tidak ada komentar: